Mengunjungi Kebun Binatang Tertua di Sumatra Barat, Menyelami Fauna dan Budaya Lokal

English

Di Bukittinggi, Sumatra Barat, Anda dapat mengunjungi satu destinasi yang menawarkan berbagai unsur daya tarik wisata, seperti keanekaragaman hayati setempat, budaya lokal, dan peninggalan sejarah penjajahan Belanda. Tempat dengan berbagai pengalaman unik ini dikenal dengan nama Taman Margasatwa dan Budaya Kinantan yang merupakan salah satu situs konservasi hewan dan tempat wisata paling bersejarah di Indonesia. Pembangunannya pada 1900-an diprakarsi oleh Gravenzande, seorang Controleur Belanda yang bertugas di Bukittinggi.

Kekayaan alam Sumatra Barat maupun budaya Minangkabau dapat ditemukan dalam kawasan Taman Margasatwa dan Budaya Kinantan, seperti di Museum Zoologi yang menyimpan berbagai binatang langka yang telah diawetkan dan Kebun Binatang Bukittinggi yang merawat berbagai jenis hewan, termasuk burung, reptil, ikan, gajah, rusa, harimau, dan buaya. Dalam kawasan kebun binatang ini pun terdapat rumah adat yang menampilkan artefak tradisional Minangkabau. Selain itu, kebun binatang ini merupakan tempat peninggalan bersejarah benteng Fort De Kock. Selanjutnya, simak penjelasan lebih lengkap mengenai Taman Margasatwa dan Budaya Kinantan berikut ini.

Museum Zoologi (indonesiakaya.com)

Pada masa penjajahan, pihak Belanda sudah melihat potensi pembangunan tempat-tempat wisata di Sumatra Barat. Bukittinggi yang memiliki perbukitan dengan panorama indah merupakan salah satu daerah wisata domestik yang awalnya dibangun oleh pihak Belanda. Keindahan alam Bukittinggi mendorong pemerintah Hindia Belanda untuk mengembangkan wilayah ini sebagai wahana rekreasi bagi para penduduk Belanda yang menetap di sana agar mereka dapat menikmati keindahan alam yang luar biasa sambil melepas lelah dari kesibukan sehari-hari.

Gravenzande terpesona oleh keindahan panorama Bukit Malambuang atau dikenal juga dengan nama Cubadak Bungkuak yang terletak di seberang Bukit Jirek, tempat Benteng Fort De Kock yang terkenal berdiri. Dari puncak bukit ini, tampak panorama yang mengagumkan di sekelilingnya. Mulai dari kemegahan Gunung Singgalang, Gunung Sago, dan Gunung Marapi, hingga kecantikan alam Ngarai Sianok yang memukau.  

Pada 1900-an tempat wisata ini dikenal dengan nama Stormpark yang awalnya merupakan sebuah taman bunga yang indah yang belum memiliki koleksi binatang. Namun, seiring berjalannya waktu, beberapa hewan mulai dimasukkan ke dalam taman tersebut. Pada tahun 1929, tempat ini diperluas dan ditingkatkan menjadi sebuah kebun binatang yang lengkap dan diresmikan dengan nama Fort De Kocksche Dieren Park atau Kebun Binatang Bukittinggi oleh Dr. J. Hock, seorang dokter hewan asal Belanda.

Kebun Binatang Bukittinggi tahun 1900-an (Nieuwenhuis, C., Wikipedia)

Untuk memperkaya koleksi fauna, pada 1933, terjadi pertukaran koleksi antara Kebun Binatang Bukittinggi dan Kebun Binatang Surabaya yang dikenal dengan nama Soerabaiasche Planten-en Dierentuin. Melalui pertukaran ini, Kebun Binatang Bukittinggi memperoleh sejumlah koleksi spesies fauna yang khas dari wilayah Indonesia lainnya, sementara Kebun Binatang Surabaya memperoleh koleksi spesies fauna yang berasal dari Sumatra. Namun, pada masa pendudukan Jepang, beberapa fasilitas dialihfungsikan untuk kebutuhan militer tentara Jepang sehingga sebagian besar hewan tidak terawat, bahkan ada yang mati terlantar.

Seiring dengan era Kemerdekaan Republik Indonesia, Kebun Binatang Bukittinggi mulai diperhatikan pemerintah Bukittinggi dan namanya diubah menjadi Taman Puti Bungsu. Pada 1995, namanya diubah menjadi Taman Margasatwa dan Budaya Kinantan sebagaimana kita kenal hingga saat ini sebagai salah destinasi wisata populer di Bukittinggi.

Rumah Adat Baanjuang (rumahberita.co.id)

Di kawasan ini pengunjung bukan saja dapat menikmati keanekaragaman fauna, tetapi juga mendalami dan mengapresiasi kekayaan budaya Minangkabau. Sebuah Museum Zoologi yang pertama kali dibangun pada 1894, kini dengan koleksi sekitar 2.000 aneka hewan Indonesia asli yang telah diawetkan, berdiri di kawasan ini. Juga terdapat sebuah bangunan yang bersejarah, yaitu Rumah Adat Baanjuang yang didirikan sekitar 1935. Rumah adat khas Minangkabau ini telah diubah menjadi sebuah museum yang menampilkan koleksi peninggalan budaya dan sejarah mulai dari pakaian dan perhiasan tradisional hingga alat-alat kesenian khas Minang. Bangunan museum yang cukup unik dengan atap gonjong gajah maharam ini menjadi tempat favorit wisatawan yang ingin mengeksplorasi warisan budaya Sumatra Barat.

Selagi di kawasan tersebut, jangan lupa untuk menyaksikan benteng bersejarah, Fort De Kock. Benteng ini dibangun oleh pihak Belanda sebagai pertahanan ketika menghadapi serangan masyarakat Minangkabau, terutama ketika Perang Paderi (1821–1837). Hal lain yang cukup menarik untuk disaksikan adalah Akuarium Ikan Hias yang menawan dan panggung pertunjukan seni yang terkenal dengan nama Medan Nan Bapaneh.

Fort De Kock (Shutterstock via Kompas)

Kini Taman Margasatwa Bukittinggi merupakan proyek percontohan revitalisasi kebun binatang milik pemerintah Indonesia oleh Perhimpunan Kebun Binatang Seluruh Indonesia (PKBSI) dan Southeast Asian Zoo (Seaza). Hal ini menunjukkan komitmen pemerintah dalam meningkatkan standar dan pengelolaan kebun binatang di Indonesia. Tak dapat dipungkiri, sebagai destinasi wisata, kebun binatang ini menjadi bagian penting dari daya tarik pariwisata kota Bukittinggi.

Biaya tiket yang dikenakan untuk berkunjung ke Taman Margasatwa Bukittinggi sekitar Rp20.000 untuk anak-anak dan Rp25.000 untuk dewasa. Namun, harga tiket dapat berubah sewaktu-waktu, periksalah informasi terkini sebelum mengunjungi. Taman Margasatwai buka setiap hari mulai pukul 08.00 hingga 18.00 WIB. Jangan lewatkan kesempatan untuk menikmati fauna serta kekayaan alam dan budaya Sumatra Barat.

Ditulis bersama Vino Hadiz

Diedit oleh Liza Hadiz

Kunjungi Sage II Vacation Home di Sawahlunto
Kontak: gidien.ryaan@gmail.com | +6281296144491
Tentang blog: https://sage2vacationhome.wordpress.com/about/
Ikuti kami di Facebook: https://www.facebook.com/sagedua/
Asosiasi Homestay Sawahlunto: https://www.homestaysawahlunto.com/

Informasi gambar:

Gambar utama: Dody.bukittinggi – Karya sendiri, CC BY-SA 4.0, https://commons.wikimedia.org/w/index.php?curid=100299415

Gambar 2: Nieuwenhuis, C. – http://hdl.handle.net/1887.1/item:924690, CC BY 4.0, https://commons.wikimedia.org/w/index.php?curid=99344018

Sumber:

Indonesia Kaya (2022) Menyambangi Kebun Binatang Tertua di Sumatera. https://indonesiakaya.com/pustaka-indonesia/menyambangi-kebun-binatang-tertua-di-sumatera/ [15 April 2024].

Kompas.com (2023) Kebun Binatang Bukittinggi: Daya Tarik, Sejarah, dan Harga Tiket. https://regional.kompas.com/read/2023/10/25/162716678/kebun-binatang-bukittinggi-daya-tarik-sejarah-dan-harga-tiket?page=all [15 April 2024].

Wikipedia (2023) Museum Zoologi. https://id.wikipedia.org/wiki/Museum_Zoologi [21 April 2024].

Tinggalkan komentar